Harian foormusique.biz

foormusique.biz: Keluarga Brigadir J Menyerah dalam Kasus Pembunuhan Berencana Tersangka Ferdy Sambo Kamaruddin Ungkap Soal Ini


Untung99 menawarkan beragam permainan yang menarik, termasuk slot online, poker, roulette, blackjack, dan taruhan olahraga langsung. Dengan koleksi permainan yang lengkap dan terus diperbarui, pemain memiliki banyak pilihan untuk menjaga kegembiraan mereka. Selain itu, Untung99 juga menyediakan bonus dan promosi menarik yang meningkatkan peluang kemenangan dan memberikan nilai tambah kepada pemain.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian foormusique.biz dengan judul foormusique.biz: Keluarga Brigadir J Menyerah dalam Kasus Pembunuhan Berencana Tersangka Ferdy Sambo Kamaruddin Ungkap Soal Ini yang telah tayang di foormusique.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

SuaraSumedang.id – Pengacara keluarga Brigadir J alias Yosua Hutabarat, Kamaruddin Simanjuntak menyampaikan permintaan maaf kepada publik.

Hal tersebut, diketahui baru-baru ini setelah kasus pembunuhan berencana Brigadir J di kediaman eks Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo belum tuntas.

Kendati begitu, dirinya mengaku sudah bekerja secara maksimal untuk mengungkap dan menuntaskan kasus dengan tersangka Bharada E, Bripka RR, Kuat Maruf, hingga Ferdy Sambo dan istrinya Putri Candrawathi.

“Saya betul-betul minta maaf, saya sudah berjuang dengan mengorbankan segalanya, baik pikiran materi maupun waktu. Saya membiayai semua ini, tetapi bukan bermaksud mengungkit-ungkit,” kata Kamaruddin dilansir dari video akun Tiktok @tobellyboy, Minggu (18/9/2022).

Baca Juga:Jelang Lawan Vietnam, Shin Tae-yong Tegaskan Mental Pemain Indonesia Sangat Kuat

Kamaruddin mengaku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dikatakannya, bahkan ayah Brigadir J (Samuel) pun sudah lelah untuk menuntaskan kasus ini.

“Saya juga mohon maaf atas nama keluarga karena Pak Samuel, sebagai orangtua daripada almarhum sudah menyatakan selesai, bahwa ‘anak saya tidak bisa kembali’,” ujarnya.

Kamaruddin pun cerita bahwa dirinya sudah pergi ke Jambi untuk menemui keluarga Brigadir J dan mendengar keluh di sana.

“Kemarin saat saya ke Jambi. Beliau berpesan sudah cukup Pak, kami sudah capek Pak, kami mendengar aja capek demikian juga masyarakat bilang kami hanya mengikuti saja capek apalagi bapak yang melakukan katanya,” ujar dia.

Dirinya mengaku tidak keberatan dengan hal tersebut. Justru yang membuatnya kecewa yakni kinerja Polri dinilainya lamban.

Baca Juga:Inalillahi.. Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra meninggal dunia di Malaysia

Sejak bulan Juli proses hukum kasus itu menemui titik terang. Kasus itu terancam fallout lantaran sudah tiga bulan tidak masuk ke persidangan.

“Seperti yang saya perkirakan. Perkara ini akan menjadi fallout sudah terjadi. Artinya sudah tiga bulan berturut-turut perkara tidak terang-terang.”

“Padahal saya katakan dulu, kalau saya yang menjadi penyidik setengah hari saya garansi (kasus) selesai. Tidak sampai seminggu-dua minggu sampai ada tahap dua, itu dengan kecerdasan saya,” kata dia.

Dirinya pun menilai kinerja Polri sangat lamban. Seharusnya sudah banyak tersangka yang ditetapkan.

Namun, hingga kini hanya ada lima tersangka utama, dan 6 tersangka obstruction of justice.

“Harusnya sudah banyak tersangka, minimal 30-35 tersangka. Sampai hari ini baru 5 ditambah dengan 7. Yang tujuh itu juga satu di antara dari lima yakni tersangka obstruction of justice,” kata dia.

Keterlambatan proses hukum kasus pembunuhan Brigadir J dinilai tidak lepas dari sikap Presiden Jokowi yang menyerahkan sepenuhnya kasus itu kepada Polri.

Menurut Kamaruddin, Presiden tidak cukup hanya memberikan instruksi untuk membuka kasus ini seterang-terangnya termasuk kepada publik.

“Sebenarnya kalau saya perhatikan lebih banyak orang baik di negara Indonesia ini, tetapi tidak peduli.”

“Terbukti ketika saya ke daerah dari anak-anak sampai dewasa, baik yang tidak berkerudung sampai yang berkerudung semua tidak ada malu-malu memeluk saya, memeluk dan mengatakan terima kasih.”

“Artinya mereka rindu Indonesia ini, negara yang baik tetapi kita kurang kompak untuk memperbaiki negara ini. Oleh karena itu, kita harus kompak,” ucapnya.

Sumber:SumutSuara